[Rangkuman + Video] Manajemen Hati

Penulis: Astri · Kategori: Video dan Rangkuman 

Pemateri: Ust. Hamdani Zahid


A. Istilah dan Definisi

Manajemen hati secara syari’i disebut tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata, at-tazkiyah dan an-nafs. At-tazkiyah yang bermakna at-tath hiir, yaitu penyucian atau pembersihan. Dan Adapun kata an-nafs (bentuk jamaknya : anfus dan nufus) berarti jiwa atau nafsu.

Contohnya saat ibadah yang sama yang dilakukan oleh dua orang tidak otomatis menghasilkan pahala yang sama. Contoh A dan B sama-sama melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, tetapi bisa saja gerakan dan bacaan ibadah nya sama, tetapi yang membedakan adalah kualitas hatinya (sebagaimana ikhlas hatinya beribadah).

B. Pentingnya Tazkiyatun Nafs

Pentingnya seorang muslim untuk mempelajar tazkiyatun nafs lebih dalam adalah sebagai berikut,

Pertama:

Hati merupakan sumber utama penilaian Allah terhadap seorang hamba. Bagaimana kualitas hati seseorang, seperti itulah Allah akan menilainya. Penilaian Allah terfokus kepada hati seseorang, sedangkan penilaian manusia berfokus kepada fisik yang mana yang bisa dilihat oleh matanya. Makanya penting sekali bagi umat muslim untuk memperhatikan kembali tujuan untuk beribadah nya sebenarnya apa.

Kedua:

Kebahagiaan di dunia bahkan di surga hanya bisa dirasakan dengan hati yang bersih. Sesuai firman Allah,

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ


‘’(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih’’ (Asy-Syu’ara: 88-89)

Ada juga suatu kenikmatan surga yang jarang kita ketahui, yaitu kenikmatan atas dicabutnya rasa iri dan dengki dari hati manusia. Hal ini juga disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an,

وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلٍّ إِخۡوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٖ مُّتَقَٰبِلِينَ


‘’ Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan.’’ (Al-Hijr: 47)

Dari ayat diatas banyak ulama yang menyimpulkan bahwa seseorang yang merasa kelelahan di dunia bukan karna alasan duniawi, melainkan karena kondisi hatinya yang berubah. Semakin banyak rasa iri dan dendam di hidupnya maka akan semakin merasa kelelahan ia.

Di dalam Al-Qur‘an juga telah diajarkan satu doa agar terhindar dari rasa iri dan dengki yaitu,

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ


‘’Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

Ketiga:

Ibadah terbaik seorang hamba kepada Allah adalah ketika ucapan dan gerakan tubuhnya selaras. Contohnya, pada saat kita beristighfar mengucapkan Astagfirullah hal ‘adzim, yang berarti “Aku memohon ampun kepada Allah SWT yang maha Agung”, maka sudah sepantas nya juga didalam hati kita merasakan rasa bersalah. Karena ketika beristighfar maka kita secara langsung memohon ampun kepada Allah.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

„Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.‘‘ (HR. Ahmad)

Di zaman teknologi berkembang seperti sekarang tidak jarang kita lihat banyak orang yang berakhir dalam perdebatan karena kesalahan berbicara. Dan bahkan dibanyak kasus justru hal yang diperdebatkan adalah hal yang kurang penting. Oleh sebab itu kita harus senantiasa terus belajar untuk menjaga lisan kita.

Para ulama juga mengatakan bahwa tulisan itu bisa mewakili lisan kita. Dan sangat juga dianjurkan untuk lebih menjaga tulisan daripada lisan kita. Perbedaan yang sangat mencolok dari lisan dan tulisan yaitu, ketika kita salah berbicara dengan menggunakan lisan, bisa saja dikemudian hari ucapan itu akan dilupakan oleh seserang ketika ia bergaul di lingkungan baru dan bercengkrama dengan orang lain.

Tetapi beda halnya dengan tulisan yang tetap bisa tersimpan dimana saja, yang mana juga ketika orang semakin banyak membacanya semakin banyak juga diamalkan. Sehingga anjuran untuk menjaga tulisan ini juga sangat penting, jangan sampai sebuah tulisan itu juga bisa melukai orang lain dan bahkan melukai diri kita sendiri.

Keempat:

Diantara cara menjaga hati yang lainnya adalah dengan memilih teman dan lingkungan yang baik.

Rasulullah SAW bersabda,

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. [1]

[1] HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545.

Dahulu kala di zaman para sahabat, lingkungan disini diartikan sebagaimana tempat dimana ia hidup dan tinggal disana. Tetapi kalau di zaman sekarang, lingkungan adalah sosial media. Sehingga memilih lingkungan dan teman di sosial media juga menjadi jauh lebih penting dibanding memilih teman di dunia nyata. Karena jika di dunia nyata, disaat teman kita mengajak berbuat maksiat, maka kita masih punya rasa malu ketika dilihat orang lain.

Maka banyak juga disebutkan salah satu cara mengetahui kualitas keimanan kita yang sebenarnya adalah dengan menyadari apa yang sering kita lakukan dalam kesendirian.

Dan adapun di antara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,

أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ


‘’Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam keadaan tersembunyi maupun nampak.’’

Maknanya, hendaklah seorang hamba takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, serta lahir dan batin, karena kebanyakan orang takut kepada Allah dalam keadaan terlihat saja. Namun yang penting adalah takut kepada Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia, dan Allah telah memuji orang yang takut kepada-Nya dalam kondisi demikian.

Kelima:

Perlunya menata hati kita dikarenakan sumber kekuatan fisik kita juga ada pada kekuatan hati kita. Seperti contoh kisah nabi Musa yang berdoa kepada Allah ketika dihadapkan oleh raja yang sangat keji Fir’aun,

قَالَ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي


‘’ Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.’’ (QS. Thaha: 25-28)

Keenam:

Memperhatikan dan menata kondisi hati kita juga penting agar kita bisa memahami apa itu definisi cinta paling sejati. Dan ukuran rasa cinta tertinggi kita kepada seseorang adalah tatkal akita khawatir orang yang kita cintai masuk ke neraka.

Seperti kisah nabi Ibrahim AS yang berkata kepada Ayahnya, ‘’Wahai Ayah saya takut jangan-jangan engkau di siksa oleh Allah karna engkau mengikuti langkah2 syaitan.’’

Hati itu ibarat akar, semakin kuat dan ternutrisi akarnya dari bawah, maka daun cabang dan buah yang di hasilkan juga semakin banyak dan lebat. Sama halnya dengan hati yang bersih yang akan mengeluarkan hasil berupa amal salih dan akhlak mulia.

C. Tanya Jawab

  1. Pertanyaan : Saya paham bahwa orang beriman perlakuannya itu selaras dengan hatinya, tapi terkadang saya melakukan sesuatu yang insya Allah saya tahu saya berniat baik untuk orang tersebut, tapi saya cenderung menyembunyikannya dari dia sehingga terkadang ada salah paham, sehingga niat baik tidak berakhir dengan baik. Apakah ada hal yang harus dilakukan atau berserah diri saja kepada Allah? Karena Allah tahu isi hati kita. Bukankah kita tidak perlu menjelaskan siapa diri kita kepada orang lain? Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak mempercayai itu.

    Jawaban : Telah kita sebutkan tadi rasulullah saw bersabda, Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, melainkan Allah menilai niat kalian dan amalan kalian‘‘ Kalau ternyata sesuatu yang kita sembunyikan membuat orang lain salah paham terhadap niat baik kita maka boleh dijelaskan. Saat kita mencintai seseorang kita boleh menyatakan kepadanya, boleh kita sampaikan aku mencintaimu karna Allah, untuk menutup celah kesalahpahaman. Saat kita berniat baik kepada seseorang, maka kita butuh pembuktiannya atau sekedar menutup celah agar orang itu tidak salah paham. Atau jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan dia masih salah paham dengan kita, maka itu sudah diluar kendali kita dan Allah tahu niat baik kita.

  2. Pertanyaan : Bagaimana cara untuk istiqomah dengan hati yang baik walaupun di lingkungan yang buruk, semisal di keluarga sendiri?

    Jawaban : Istrinya Fir’aun seorang Muslimah padahal istrinya hidup di lingkungannya Fir’aun. Cara beliau untuk istiqomah yang paling efektif adalah mencari pendukung lain kalau tempat kita tidak mendukung. Contohnya mencari lingkungan dan teman yang lain yang mendukung kita. Dan langkah selanjutnya adalah berdoa kepada Allah Swt. Karena terkadang orang yang tinggal di lingkungan yang baik tapi tidak bisa istiqomah, karena kurang berdoa. Dan begitupun sebaliknya, ada orang yang tinggal dilingkungan yang buruk tetapi bisa terus istiqomah karena ia kuat berdoa kepada Allah Swt.

  3. Pertanyaan : Apakah ada tips-tips untuk memantapkan hati atau mungkin hadits rasul untuk menunda-nunda? Misalkan saat datang waktu sholat, ada saja hal-hal yang bisa menunda.

    Jawaban : Menunda-nunda dalam istilah syar’i nya adalah taswif. Allah Swt banyak bersumpah atas nama waktu didalam Al-Qur’an karena Allah Swt mengingatkan kita satu detik yang berlalu tidak akan pernah kembali lagi. Bahkan Allah Swt ceritakan kondisi orang yang meninggal dunia di dalam kubur, yang meminta untuk dikembalikan lagi hidup di dunia agar bisa mengejar amal sholeh yang sudah di tinggalkan. Oleh sebab sebagai muslim untuk mentadabburi Al-Qur’an, ziarah kubur dan menjenguk orang sakit. Agar kita paham betapa berharganya satu detik itu bagi orang yang sudah meninggal dunia, betapa berharganya kesehatan itu bagi orang yang sakit, dan menjadikan kita pribadi yang lebih banyak bersyukur.

  4. Pertanyaan : Apakah makna hati yang dijelaskan adalah makna hati yang sebenarnya atau kias terhadap pemikiran kita ? Jika makna sebenarnya apakah itu berujuk kepada jantung atau hati?

    Jawaban : Hati adalah makna yang sebenarnya, sedangkan pemikiran itu di dalam Al-Qur’an dinamakan akal sehat. Dalam hadits disebutkan ‚‘ingatlah di dalam tubuh itu ada segumpal daging‘‘ 🡨 mungkin dari sini yang dimaksud adalah jantung, tetapi yang menjadi catatan fungsi hati disini adalah beda dengan fungsi jantung terhadap tubuh.

  5. Pertanyaan : Apakah seorang manusia mampu merasakan orang yang iri kepada dia ataukah ini godaan syaitan untuk berprasangka buruk kepada seseorang ?

    Jawaban : Secara detail tidak bisa karna kadang2 yang menghalangi kita untuk berprasangka baik kepada orang lain adalah penyakit hati kita (rasa dengki kita), apalagi ketika kita punya dendam lama terhadap orang tersebut. Tugas manusia hanya untuk fokus berbuat baik dan memperbaiki diri sendiri. Bukan tugas kita untuk menilai secara detail untuk menilai apa isi hati orang lain.

  6. Pertanyaan : Jika kita semangat beribadah ketika bersama-sama dengan teman, tetapi jika sendiri semangat ibadah menjadi berkurang. Dan jika sudah seperti ini, apakah ada yang salah dengan diri kita atau itu sesuatu yang wajar?

    Jawaban : Itu sesuatu yang wajar, sebagaimana yang telah diriwayatkan, suatu hari Hanzalah Al Usaidi berkata kepada Abu Bakar ‘’Abu Bakar, aku telah menjadi orang munafik! Ketika aku berada dengan nabi Saw, atua ketika mendengarkan Al-Qur’an dari mulutnya, aku mengingat soal akhirat. Tetapi saat aku sampai di rumah setelah pertemuan, saat bertemu dengan istri dan anak-anakku, atau ketika aku kembali berkerja setelah pertemuan, aku merasa berbeda! Aku sering sibuk dan melupakan masalah akhirat. Aku tidak bisa mengenali hatiku lagi!‘‘. Abu Bakar berkata, ‚‘ Engkau benar. Aku juga merasakan hal yang sama. Mari kita bertanya kepada Nabi.‘‘ Dan akhirnya mereka berdua pun langsung menemui Nabi saw dan dijawab ‚‘Seandainya kondisi kalian tetap seperti saat kalian di dekatku, maka malaikat akan turun untuk memberikan selamat kepada kalian. Tapi ternyata kalian adalah manusia biasa, maka sesekali tidak apa-apa.’’

Sumber: Youtube KIA: Manajemen Hati